Aku bingung ingin memulainya dari mana. Tersebab memanglah tak ada ruang dan waktu yang tepat untuk saat ini. Tapi ini menggelisahkan. Aku tak ingin berlama lama dengan perasaan aneh ini.
Aku bukanlah orang yang untuk pertama kalinya jatuh cinta. Jelas aku sudah mempelajarinya jauh sebelum ini. Dan dengan kesadaranlah aku mengakuinya, aku tengah jatuh cinta.
Kita sempat menempatkan jarak diantara kita. Berpura-pura tegar dan sibuk dengan diri masing-masing. Tapi ini menyiksa bukan? Lalu ketika ada kesempatan untuk saling menyapa, kita berbalas dendam atas ketersiksaannya jiwa-jiwa yang tertawan itu. Begitu berat untuk kembali berpura-pura tegar. Semacam ada ketakutan untuk merasa kehilangan dan berjauhan. Seperti takut, kalau kalau tak ada lagi masa untuk kembali menyapa.
Tetapi percayalah ini hanya fatamorgana. Kenyamanan yang semu ini memang melenakan. Kita menikmatinya tanpa mempertanggungjawabinya. Bukankah ini suatu kecurangan?
Lantas bagaimana lagi setelah ini? Tak ada pilihan lain. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Belum pernah terlihat ada obat yang lebih mujarab bagi dua orang yang jatuh cinta, selain menikah” (H.R. Ibnu Majah, Kitab Nikah, Bab Keutamaan Nikah).