Infrastruktur
Pertanian Tak Boleh Terabaikan
(dok/antara)
Pertanian adalah aspek
yang perlu diprioritaskan. Mengingat peran penting pertanian dan sumbangansinya terhadap PDB serta peran pertanian dalam menyerap tenaga
kerja terbesar. Kini Indonesia tengah dihadapkan oleh berbagai tantangan
pembangunan pertanian.
Permasalahan infrastruktur kerap kali menjadi penyebab permasalahan dan
ketidakefisienan pertanian di Indonesia.
Beberapa kasus yang timbul diantaranya
adalah peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang berbanding terbalik dengan jumlah lahan pertanian. Lahan pertanian semakin sempit karena dikonversi
menjadi perumahan dan pemukiman masyarakat. (search data areal luas lahan pertanian Indonesia 3 tahun terakhir) hal ini menjadi semakin dilematis ketika
ternyata banyak pula lahan tidur yang belum termanfaatkan.
Kasus
berikutnya adalah kelangkaan daging sapi. Jika kita memperhitungkan supply dan
demand daging sapi di pasaran, bukan tidak mungkin bagi kita untuk
berswasembada daging sapi, sebab jumlah sapi di Indonesia mencapai 14,8 juta
ekor sapi potong. Namun harganya sangat tinggi. Mengapa hal ini terjadi? Karena
distribusi sapi dari sentral produksi dan sentral pasar tidak efisien.
Persoalan distribusi sangat berkaitan erat dengan infastruktur.
Contoh
kasus lainnya yang hampir serupa adalah rantai nilai distribusi beras dari
petani ke konsumen. Sentral produksi beras banyak yang tidak terjangkau oleh
infrastruktur yang memadai. Petani kesulitan untuk mengangkut beras dalam
jumlah besar. Sehingga selama ini peran tengkulak begitu erat. Salah satunya
karena distribusi produk yang sulit inilah yang menjadikan harga beras
ditingkat konsumen sangat tinggi.
Terabaikannya pembangunan infrastuktur dapat mengganggu
pencapaian empat target utama pembangunan pertanian ke depan, yaitu pencapaian
swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai
tambah daya saing dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani.
Menurut A.T Mosher Peningkatan infrastuktur bagi
pertanian merupakan salah satu bagian dari syarat pokok pembangunan pertanian.
Dimana infrastruktur tidak dapat diabaikan demi keberadaan pertanian. Sarana
dan prasarana dapat berfungsi sebagai mempercepat produksi, meningkatkan
produktivitas, meningkatkan kualitas produksi, memudahkan dll. Infrastuktur
pertanian dapat berupa teknologi untuk mengolah bahan-bahan pertanian,
transportasi untuk pendistribusian produk pertanian kepada konsumen, sarana dan
prasarana penunjang untuk melancarkan produksi dan distribusi pertanian.
Sebagai contoh, salah satu
aset infrastruktur pertanian adalah irigasi, nilai aset irigasi sangat besar,
mencapai Rp. 278 trilliun, namun sangat disayangkan nilai aset yang demikian
besar dalam perkembangannya kurang mendapat perhatian serius hingga kondisinya
lambat laun mengalami penurunan hingga kerusakan. Terlihat dari kerusakan
irigasi diberbagai daerah. Hasil audit Ditjen Sumber Daya Air (SDA) tahuhan 2010 menunjukkan bahwa kondisi jaringan irigasi primer
dan sekunder yang dikelola oleh pemerintah pusat yang kondisinya baik sebesar
54%, sedangkan yang dikelola oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
masing-masing hanya sebesar 39% dan 48%.
Selain itu, infrastruktur
dalam hal teknologi dan transportasi juga cukup memprihatinkan. Sehingga petani
belum bisa memproduksi secara efektif dan efisien. Transportasi yang kurang
memadai akan menyulitkan dalam pendistribusian produk pertanian. Akses ke dari
produksi hingga pemasaran masih sulit akibat pembangunan wilayah yang tidak
merata.
Sudah seharusnya pemerintah bertindak lebih
serius dan fokus dalam menangani permasalahn pertanian Indonesia. Kementerian
pertanian memfokuskan anggaran pertanian sebesar Rp. 19,33 trilliun pada tahun
2013. Menteri Pertanian Bapak Siswono mengatakan bahwa “tanaman pangan yang
akan kami tingkatkan produksinya adalah padi, jagung, dan kedelai baik dari
segi infrastruktur pendukung hingga penelitian” pada selasa, 11 September 2012
lalu saat rapat kerja dengan komisi V DPR. Dengan alokasi sub sektor sekolah
lapangan pengelolaan tanaman sebesar Rp. 4,4 trilliun, untuk sarana dan
prasarana sebesar Rp. 4,1 trilliunyang akan digunakan untuk optimalisasi lahan,
pengembangan system of rich intensification, perbaiakan irigasi dan
perluasan areal sawah. Dengan kondisi Indonesia saat ini, banjir diberbagai
wilayah Indonesia, longsor, erosi dan kerusakan lainnya menjadi momentum yang
tepat bagi pemerintah, petani dan pihak-pihak terkait pertanian untuk membenahi
dan memperbarui berbagai infrastruktur. Perlu adanya dukungan dari berbagai
pihak untuk dapat bekerjasama dalam mensukseskan tercapainya tujuan pertanian
Indonesia. seluruh pihak haruslah serius dan saling bekerjasama.
Infrastruktur yang digunakan juga harus efektif,
efisien dan mudah untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh petani.
Jangan sampai sarana dan prasarana yang digunakan tidak sesuai atau bahkan
tidak dapat digunakan. Pemerintah juga memberikan bimbingan sebagai fungsi
pengawasan terhadap penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian.
Monicha Septya Harni
Staff Deprt. KASTRAD
BEM FEM IPB 2013
Staff Deprt. KASTRAD
BEM FEM IPB 2013
0 komentar:
Posting Komentar
menerima kritik, saran, dan pertanyaan