Layakkah
Saya menjadi seorang wirausaha?
Berbicara
soal layak atau tidak layak, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk
bisa menjadi wirausaha. Hanya saja
kuncinya ada pada diri masing-masing. Berkeinginan atau tidak berusaha atau
tidak, karena menjadi wirausaha bukan dari gen keturunan ataupun sifat yang memang
sudah tertanam dari lahir. Tetapi karena dilatih dan diasah untuk bisa memiliki
jiwa kewirausahaan. Begitupun saya, memiliki kesempatan yang sama.
Sedikit
meninjau dari sisi karakter wirausaha Gooffrey G. Meredith (1996; 5-6) mengatakan karakter
wirausaha diantaranya adalah:
1.
Percaya diri
Keyakinan,
kemandirian, individualitas, dan optimisme
2.
Berorientasikan
tugas dan hasil
Kebutuhan akan
prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki
tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif
3.
Pengambil
resiko
Memiliki
kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan
4.
memiliki jiwa
kepemimpinan
Bertingkah laku
sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, suka terhadap kritik dan saran
yang membangun
5.
Keorisinilan
Memiliki
inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serta bisa dan memiliki jaringan
bisnis yang luas
6.
Berorientasi ke
masa depan
Persepsi dan
memiliki cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada masa depan
7.
Jujur dan tekun
Memiliki
keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja
Saya meyakini karakter yang telah
disebutkan di atas pasti dimiliki oleh setiap manusia, meskipun tidak menonjol
dan mencolok, namun krakter ini pasti ada pada diri setiap orang. Ini berarti,
masing-masing kita memiliki kesempaan yang sama untuk bisa menjadi wirausaha. Untuk
bisa menjadi sukses. Untuk bisa memberikan dedikasi terbaik untuk Indonesia. Masing-masing
kita layak untuk menjadi wirausaha.
Lalu kemudian yang
mungkin menjadi pertanyaan adalah apa yang bisa saya lakukan dengan
karakter-karakter diatas? Wirausaha selalu
komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah setengah
dalam melakukan pekerjaannya. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya
karena sudah diperhitungkan artinya risiko yang di ambil tidak terlalu tinggi
dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh
komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang
sampai ada hasil. Hasil-hasil ini harus nyata/jelas dan objektif dan merupakan
umpan balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimis yang tingggi
karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelolah secara proaktif dan
dipandang sebagai sumber daya.
Pengalaman
saya dalam berwirausaha memang belum seperti wanita entrepreneur sukses lain
yang tersohor namanya. Pengalaman itupun tidak banyak dan cenderung dalam skala
kecil. Tetapi saya yakin disuatu saat nanti, saya akan mampu seperti mereka.
Saya akan mampu memberikan dedikasi terbaik saya untuk Indonesia sebagai
wirausaha yang dapat mempekerjakan pengangguran Indonesia dan membantu
menggerakkan perekonomian Indonesia.
Sedikit
ingin menceritakan pengalaman-pengalaman tersebut, sewaktu kelas empat sekolah
dasar saya berjualan keripik bayam hutan yang saya buat sendri. Awalnya saya memanfaatkan
bahan-bahan dari dapur ibu saya sebagai modal karena saat itu saya tidak
memiliki modal. Sepulang dari madrasah
(sekolah) saya mencari bahan pokok (bayam hutan) di lingkungan madrasah, sore harinya saya membuat
keripik untuk dijual disekolah esok hari. Hingga pada akhirnya dagangan saya
berkali-kali habis dan mendapat keuntungan.
Kemudian barulah saya berfikir untuk tidak menggunakan bahan-bahan dari
dapur ibu lagi. Begitulah keseharian saya setiap hari. Mungkin bisnis ini hanya
sederhana, dan kisahnya tidak menginspirasi. Namun, hal yang saya tangkap dari
pengalaman ini adalah saya meyakini bahwa saya memiliki jiwa untuk
berwirausaha. Saya bukanlah orang yang terlahir dari ayah atau ibu wirausaha.
Dan orang tua saya belum pernah memperkenalkan saya dengan bisnis, dengan usia
yang masih dini saya memiliki keberanian untuk berwirausaha, walaupun resikonya
tidak besar dan sesuai dengan usia saya. Saat kelas empat SD saya telah mamahami
bahwa konsep dalam berbisnis adalah mengupayakan biaya seminimum mungkin agar memaksimumkan
laba serta mengupayakan bagaimana modal yang dimiliki dapat berputar dengan
cepat dan baik. Ada juga beberapa pengalaman berwirausaha lainnya namun tidak
saya bahas di sini. Dari pengalaman inilah saya menyimpulkan, bahwa jiwa
wirausaha yang saya miliki dan kesenangan saya terhadap wirausaha haruslah
terus diasah, dilatih dan ditingkatkan.
Saat
ini, saya mencoba untuk memulai berwirausaha kembali dengan berbisnis batik.
perusahaan batik tersebut kami (owner)
namai dengan Batik Revolusioner (BatRe). Di perusahaan itu saya sebagai menteri
perdagangan. BatRe perusahaan baru yang masih dalam siklus bisnis pertama yaitu
fase introduksi. Bisnis ini sangat membantu saya untuk belajar. Belajar menjadi
wirausaha yang berani, belajar menjadi wirausaha yang kompeten ulet dan sigap.
0 komentar:
Posting Komentar
menerima kritik, saran, dan pertanyaan