Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,,
Surat ini aku khususkan untuk saudari yang aku cintai karena Allah..
Ukhtfillah,,
tiada seorangpun di dunia ini memiliki kesempurnaan.
Baik ustadz, ulama, guru, orang tua, presiden, menteri, semuanya pernah mencicipi dosa.
Terlebih kita yang tidak ada apa-apanya..
Surat ini bukan bermaksud menyalahkan seseorang, pihak lain atau siapapun.
Hanya sebagai renungan dan muhasabah bagi kita, terutama saya pribadi yang banyak berbuat dosa dan khilaf..
Ukhtifillah..
Kesalahan-kesalahan itu menjadi suatu hal yang akan kita hindari manakala kita menyadari betul, kesalahan tersebut akan menjadi dosa-dosa yang sedikit demi sedikit akan membumbung tinggi hingga membentuk gunung. Atau kita menyadari betul bahwa tak akan sanggup mempertanggung jawabkan di pengadilan Allah nanti.
Namun benarkah dosa-dosa itu kita hindari? Benarkah?
Atau,, iman kita telah berkarat hingga tak lagi peka dengan kesalahan-kesalahan itu? hingga menjadi suatu kewajaran dan menjadi hal yang biasa-biasa saja?
Tidak, bukan dosa meninggalkan sholat, bukan dosa pembunuhan, atau dosa-dosa seperti itu lainnya yang menjadi masalahnya.
Tapi dosa-dosa kecil, yang terlupakan. Dosa-dosa kecil yang di anggap sepele dan bahkan ketagihan melakukannya.
“Ah, Cuma begini doang.. ga papa kali ya...?? kan aku begitu..yang lain juga begitu”
Kebenaran?? Atau Pembenaran??
Ukhtifillah,,
Ya, mungkin benar, iman ini sudah mulai berkarat..
Ketika masulah ukhti (dimanapun ia berada) mengirimkan jarkoman meminta konfirmasi ukhti, “ukhti, bisa Syuro kah hari ini? Ditunggu Yaa, konfirmasinya..”
seberapa seringkah ukhti mengabaikannya? Seberapa seringkah ukhti hanya membaca namun tak menggubrisnya? Atau bahkan tidak dibaca dan langsung di delete dari inbox handfon ukhti?
Tak sadarkah ukhti, bahwa saudari ukhti itu sedang menunggu jawaban ukhti? Keputusan menjadi lamban karena ukhti. Bahkan mungkin, Masulah ukhti itu dimarahi oleh qiyadahnya hingga menangis karena konfirmasi yang ukhti sepelekan itu. Sempatkah terbesit dipikiran ukhti hal itu? Atau...
Ukhti tak peduli,,? “Nanti ajalah, aku lagi sibuk Nih..lagi ini itu..tugas, amanah.. blablabla”
Ukhti,, masulah ukhti juga sibuk, ukhti pikir dia ga punya tugas kuliah? ga punya amanah lain? Cuma ngurusin ukhti Aja gitu?
Ketika mungkin amanah halaqoh, gesit, dirrect seling, pengabdian masyarakat, kita jalani bersama..
Disaat ukhti masih terasa berat untuk melangkah.. Ketika ukhti lebih memilih agenda “senang2” ketimbang hadir di agenda halaqoh ini..
“ah,, apa sih,,? ini kan agenda partai.. Males banget..”
Ukhti,, aku tidak memaksa ukhti untuk pro dengan partai ini. Keputusan tetap di tangan ukhti, kita punya HAM untuk memilih.
Tapi tolong..
Jika hati ukhti berat melangkah, takut tidak ikhlas menjalankan ini semua.. bayangkan wajah saudari ukhti yang letih menjalankan ini sendirian ketika ukhti tidak hadir dengan alasan ini dan itu. Ingatlah wajah saudari-saudari ukhti yang berpanas-panasan dan berletih-letih. Saudari ukhti harus bertanggung jawab atas amanah halaqoh yang seharusnya menjadi tanggung jawab ukhti juga. Saudari ukhti harus mengerjakannya apa yang seharusnya ukhti kerjakan.
Ukhti pikir, saudari ukhti itu ga ingin ikut ini itu? Ga ingin melakukan banyak hal ketimbang, mengerjakan proyek yang melelahkan ini? Apakah saudari ukhti itu ga punya amanah yang ia prioritaskan ukh? Ingin ukh..ingin sekali.. banyak yang ia ingin selesaikan, bahkan amanahnya mungkin lebih berat dari apa yang ukhti pikul..
Apa ukhti pikir, saudara ukhti tidak bertanya-tanya keberadaan ukhti? Betapa ingin, saudari-saudariukhti melihat ukhti hadir bersama-sama mengerjakan proyek ini. Setidaknya ketika mereka letih, mereka bahagia melihat senyum ukhti hadir bersamanya.
Ini soal komitmen ukhuwah kita bersama Ukh,,
Bukankah Allah menakdirkan kita bersama untuk saling melengkapi? Saling memahami? Saling berbagi? Saling menasehati? Saling mengajari? Saling menyayangi? Saling memopoh langkah menuju RidoNya?
Apa ukhti tau, saudari ukhti berangkat dalam keadaan sakit dan Melupakan rasa sakitnya badan demi amanah ini? Dia kedinginan ukh.. sakit..
Ketika uangnya habis untuk berkorban di agenda halaqoh, ongkos kesana kesini, apa ukhti Tau? apa ukhti peduli? Apa ukhti Tau dia udah makan atau belum? Jangan-jangan saudari ukhti itu Cuma makan nasi putih saja.. apa ukhti Tau kalau saudari ukhti itu mengganjal batu diperutnya menahan lapar karena kehabisan uang dan tak bisa beli makan?
Tapi, kenapa ukhti tega membiarkan saudari ukhti yang lain keletihan, ukhti sayang?? Kenapa? Karena prinsip ukhti itu kah?
Sekali lagi ukh,, kalau belum mengikhlaskan..
Niatkanlah ia karena ingin meringankan beban saudari ukhti yang lemah itu, bukankah amalan itu dinilai berdasarkan niatnya? Ikhlaskan untuk itu ukh..
Ukhtifillah..
Ukhti begitu cantik, tak ada yang membantah kecantikanmu, serta kesholihahanmu itu.. membuat semua orang sayang kepadamu...
ketika cinta menyapamu.. cinta yang sebenarnya virus jahat itu menyapamu..
hadir menghiasi kehidupanmu..
aku begitu cemburu... cemburu sekali..
bukan cemburu karena ada yang mencintaimu sedangkan aku tidak.. bukan,,
aku cemburu karena aku merasa kehilangan saudariku..
cemburu ketika ukhti lebih sering berkomunikasi dengan seorang ikhwan yang baru saja ukhti kenal..
cemburu karena sms dia berjejer di sepanjang inbox handfon ukhti..
cemburu ketika, ukhti lebih memilih membalas smsnya ketimbang sms ku..
cemburu ketika ukhti tak lagi pernah menanyakan kabarku,,
cemburu karena perhatian ukhti terhadapku, luntur ketika ia hadir di kehidupan ukhti..
kini mungkin ukhti mulai melupakanku,,
tetapi besok? Kita tidak tahu.. apakah nantinya mengendur sedikit demi sedikit, kemudian pacaran, kemudian keluar dari jama’ah, kemudian mulai melepaskan jilbab, kemudian melakukan kemaksiatan lainnya.. na’udzubillahi min zalik..
bukan sedikit cerita itu terjadi ukh..
ukhti,, sungguh aku takut,,, takut sekali kehilangan ukhti..
begitu sakit rasanya merasakan kehilangan orang yang kita sayang..
bukankah kita pernah merasakan hal ini ukhti?
Aku tidak mau merasakan untuk yang kedua kalinya, aku tak ingin kehilanganmu..
Ukhtifillah..
Katanya kita di persatukan dalam ukhuwah.. kekeluargaan yang kokoh..
sudahkah ukhti Mambuktikannya?
Sudahkah ukhti mengenal saudari-saudari ukhti yang selama ini melingkar bersama setiap pekannya? Sudahkah nama saudari-saudari ukhti itu tersebut dalam doa ukhti? Apakah ukhti sudah menjadi orang pertama yang mengetahui keadaan saudari-saudari ukhti?
Katanya sudah mengenal, tapi ketika saudarinya sendiri ulang tahun, lupa mengucapkannya..
Saudari ukhti itu tidak mengharapkan kado apapun dari ukhti..Yang mereka harapkan hanyalah doa yang tulus dari ukhti..
Itu yang katanya saudara? Itu yang katanya sayang? Bohong.. itu bohong.. itu bukan sayang namanya..
Apa ukhti tau, saudari-saudari ukhti, selalu menyelipkan nama ukhti di setiap doanya..? dalam doa robithohnya.. dengan doa terbaiknya.. dengan khusyu’ ia mendoakan ukhti... dengan ikhlas ukhti...
Doa untuk kebaikanmu.. doa untuk kesuksesanmu.. doa agar kita tetap dipersatukan dalam CintaNya ukhti sayang..
Ketika saudari ukhti terbaring lemah karena sakit,, apakah ukhti orang pertama yang merawatnya? Apakah ukhti menjenguknya? Apakah ukhti mendoakan kesembuhannya? Ataukah tidak? Ataukah ukhti tak peduli dan bahkan tak tau kabar saudari ukhti sendiri?
Jangan-jangan dia tidak ada yang merawat, tidak ada yang menyiapkan makanan,,tidak berobat..
Jika ia dijemput kepangkuan Illahi lebih dulu ukhti.. Jika kita tak sempat melihatnya lagi.. jika kita tak sempat ucapkan kata maaf..
Apa yang bisa kita perbuat lagi? Penyesalan?? Hanya penyesalan...
Ukhtifillah yang aku cintai karena Allah..
Begitu rusakkah iman kita saat ini ukhti?? Sehingga dosa besar ini terlihat kecil dimata kita..bahkan tak terlihat lagi.. tiada lain kesalahan ini hanyalah karena iman-iman kita yang berkarat itu. Iman-iman yang tak mampu kita rawat dengan baik..
Ketika janji-janji yang ukhti ucapkan pada saudari-saudari ukhti khianati..
Ketika ukhti tak mampu melayani dengan sepenuh hati..
Ketika su’uzan bergemuruh di dalam dada ukhti..
Ketika cinta tak mampu ukhti lihat dengan hati..
Astaghfirullahal’adzim.. astaghfirullahal’adzim...
Afwan minkum..
-Saudarimu yang amat mencintaimu-
0 komentar:
Posting Komentar
menerima kritik, saran, dan pertanyaan