Menara Keabadian
Aku hanya ingin membangun menara
keabadian sejak saat ini. Aku tidak ingin terlambat membangun fondasi dan aku tidak
ingin keabadian hanya tinggal kemustahilan. Bisakah kita kumpulkan butir-butir
pasir dan batu bata bersama? Ku harap ya. Agar kita saling menilai yang terbaik.
Tunggu. Dimana akan kita bangun menara keabadian ini? Aku tahu tempat yang
menjadi peraduan terindah untuk kita. dan akupun tahu kau juga mendambakannya.
Ya, Disana.
Aku sungguh ingin kita menjadi arsitek terbaik, bersama
menara keabadian itu. Maka kuatkan diri kita. kita bersama. kau siapkan
semennya. Aku carikan bahannya. Kau letakkan batu-batunya. Aku pasangkan
jendelanya. Dan kita saling melengkapi untuk kesempurnaan abadi.
Pekerjaan ini memang lebih berat
dari biasanya. Terkadang aku mengeluh dalam kepayahan ini. Sabar katamu.
Bukankah kita akan menggapai asa setelah ini? Kau juga bilang kau sangat
merindukan waktu saat kita akan menikmatinya bersama. Aku juga rindu saat kau
membacakan surat cintaNya untukku di atas menara keabadian nanti. Atau waktu
disaat hembusan angin menyapa wajah-wajah kita yang sedang berhadap pada
ka’bah. Menikmati setiap gerak-gerak runut cinta dengan ketulusan. Waktu yang
belum pernah kita merasakannya, tapi terasa sangat rindu. ini kisah kita,
bersama menara keabadian.
0 komentar:
Posting Komentar
menerima kritik, saran, dan pertanyaan