“Mb mohon dipersiapkan di hari sebelumnya
siapa saja yang bisa hadir mengajar, bagi teman-teman yang lain agar membantu
saudaranya untuk konfirmasi kehadirannya, bisa atau tidak. Amanah ini saya
serahkan kepada antunna sekalian, agar antunna bisa belajar untuk membina
masyarakat. Agar terbiasa menghadapi masyarakat. karena memang ternyata banyak
kader yang aktif di kampus, bisa berpendapat ini dan itu tetapi tidak mampu
untuk bersosialisasi di masyarakat. Tidak mampu berkontribusi apa-apa untuk
masyarakat.”
“Bismillah, insyaAllah siap mb..”
“Ini memang amanah bersama, namun
keterpaksaan bukanlah sesuatu yang lebih baik. Biarkan kami-kami saja yang beda
di sini. Biarkan kami-kami saja. Toh pahala akan kami raup untuk kami sendiri.
Pahala itu akan semakin besar kami dapatkan jika semakin berat medannya,
semakin sedikit orangnya. Biarkan kami-kami saja, karena memang inilah upaya
kami dalam berfastabiqul khoirot. Kami
sadar ini bukanlah perlombaan gulat, tinju, ataupun karate yang menang dengan menjatuhkan
lawan kami akan menang. Ini adalah perlombaan lari. Kami tak perlu menjatuhkan
kawan-kawan kami untuk berfastabiqul khoirot. Kita semua sama-sama berada di
ladang amal yang begitu banyak berserakan kebaikan-kebaikan yang dapat kita
ambil. Hanya saja bagi mereka yang berani dan siap berkorbanlah yang
memenangkan perlombaan ini. Tetapi sekali lagi, biarkan kami-kami saja yang
berada di sekolah ini. Karena kami pemenang, bukan pecundang”
“Tidak masalah, jika
ajakan-ajakan kami tak mendapat tanggapan, kabar, ataupun konfirmasi.
Biarkanlah, toh kami juga akan kedapatan pahala-pahala buah dari kehusnudzanan.
Semakin banyak kami didiamkan, semakin menggunung pahala itu, semakin banyak pula
kami mendulang pahala. Jadi biarkan saja jika kami didiamkan. Lagi pula, kami
juga sadar diri. Mungkin ini adalah buah kelalaian kami terhadap ajakan-ajakan
kebaikan dari orang lain, mungkin qiyadah-qiyadah yang kami diamkan. Atau
mungkin berbagai alasan yang kami buat-buat agar kami terbebas dari
amanah-amanah itu. Lantas mengapa harus marah jika balasan itu yang kami
dapatkan, toh kamipun melakukan hal yang sama pada orang lain?”
“Seperti Syeikh Hasan Albana
mengajak kami kepada cahaya, kami hanya mengajak bukan memaksa. Panggilan itu
akan senantiasa kami gaungkan, namun sekali lagi kami bukan memaksa. Ini hanya
soal bagaimana seorang tarbiyyah dalam bersikap”
0 komentar:
Posting Komentar
menerima kritik, saran, dan pertanyaan