Ia yang Dulu
Ku Sebut Dalam Doaku, Ia Murobbiku..
(Cerita Sederhana, Bagiku segudang Makna)
(Cerita Sederhana, Bagiku segudang Makna)
Oleh
: Annisa Iffah Azzahra
Dulu sewaktu SMP
Iffah termasuk anak yang bandel, suka melanggar peraturan dan malas belajar
hingga akhirnya ia dihukum bersama dua orang temannya. Orang tuanya dipanggil,
ia tak kuasa menahan tangis merasa berdosa melihat ibunya datang sebatang kara
dan menagis meminta diringankan hukuman untuk anaknya itu. Mulai sejak itu ia
berjanji tidak akan mengecewakan ibunya. Ia mulai mendekatkan diri pada Tuhan,
dan ia merasa syahdu di hari-harinya. Ibadah pun mulai ia tingkatkan. Tahajjud,
dhuha, rawatib dan lainnya. Kehidupannya mulai berubah sedikit demi sedikit.
Namun semakin hari, entah mengapa semakin ia merasa membutuhkan seseorang.
Seseorang yang bisa membimbingnya untuk
belajar mendalami islam, mengingatkannya, membantunya untuk menjaga kondisi
keimanan yang fluktuatif. Mungkin bisa menjadi kakak ataupun guru. “Ya Allah,
aku butuh kakak yang bisa membimbingku untuk mengenalmu” doanya.
Iffah sudah lebih
baik dari sebelumnya namun sebagaimana remaja kebanyakan yang labil, Ia juga sama. Terlebih ini waktu-waktunya
mencari jati diri. Ingin kece, ngtrand, terkenal, seperti teman-teman yang
diidolakan disekolah. Sempatpun terbesit ingin terjun ke dunia modeling. Dasar
ABGe!. Kasus pelanggaran dikala SMP waktu itu memang memberikan dampak positif
bagi Iffah, ia lebih rajin dan giat belajar karena tak ingin mengecewakan lagi.
Selama SMA ia selalu mendapat peringkat tiga besar dikelas, sehingga iapun
mendaftarkan diri ke salah satu universitas ternama di Indonesia. Institut
Pertanian Bogor. ketika itu entah apa yang mebuat hatinya tertambat pada kampus
yang tak pernah ia lihat sebelumnya itu, Berita kelulusan SNMPTN 17 Mei 2011 pukul 19.00 benar-benar membuat jantung
Iffah berdegub kencang. Segera ia cari User
ID SNMPTNnya. Tak ditemui. “Aaah,, perasaan kemarin juga masih ada” katanya
gelisah. Pada pukul sepuluh malam, tiba-tiba seorang temannya sms, “ Iffah
selamat ya...”. ya, Iffah diterima di IPB dan semalaman suntuk ia tak dapat
tidur saking bahagianya.
Sesampainya di
Institut Pertanian Bogor.
“ck..ck..ck.. kereen”
Iffah berdecak kagum dalam hati. “wah, banyak kakak-kakak yang berjigong
(berjilbab gondrong) disini ya..tenang banget sepertinya disini..” girang dalam
hati.
Iffah dan mahasiswa
baru lain yang berasal dari daerah sama dipertemukan dan diperkenalkan dengan
organisasi mahasiswa daerah, Iffah diam-diam memperhatikan sesorang,
“sepertinya Iffah pernah melihatnya,, dimana ya? Mm..aa..pasti sewaktu try out
STAN..”. setelah pertemuan itu, kami pulang ke kosan sementara. ternyata searah
dengan teman yang Iffah perhatikan tadi. Ummi dan Iffah pun segera jalan cepat
dan menghampiri gadis mungil itu. Namanya Nanda, terlihat anggun dan sholihah
dengan jilbab lebar dan roknya. Ternyata ia adalah adik dari kakak yang
mencarikan kami tempat kosan sementara. Iffahpun berkenalan dan menanyakan
nomor telfonnya.
Sesampainya di
kosan
“ummi, kok kepala
Iffah sakit sekali ya..??”
“kenapa?” kata ummi
“ga tau mi, mungkin
karena terlambat makan,,”
Sakit kepala Iffah
tak kunjung sembuh bahkan bertambah parah dan sulit untuk bangun dari tempat
tidurnya.
“besok ummi pulang,
Iffah sendiri disini ga papa kan?”
“ia mi..”
Tetapi ummipun
resah dan gelisah meninggalkan Iffah yang masih belum sembuh, akhirnya ummi
memutuskan untuk membatalkan keberangkatan pulang dan segera memeriksakan Iffah
kedokter.
“bu, Iffah harus
dirawat di rumah sakit bu, keadaanya sangat lemas” kata dokter
“ya Allah, sakit..
jangan ambil nyawaku dulu, aku belum sempat mebahagiakan orang tuaku, bahkan
untuk menghamba padamupun aku.... aaaaa...!!” keringat dingin bercucuran di
keningnya ia seakan dikejar ketakutan nafasnya terengah-engah dan tiba-tiba
“Ummi...!!” ia terbangun. Tangannya dingin dan bibirnya pucat pasi. Mendengar
teriakan anaknya, ummi masuk keruangan iffah dan menanyakan apa yang sedang
terjadi. “ada apa nak? Tanganmu dingin dan bibirmu pucat sekali.. sebentar ummi
panggilkan suster ya?” segera ummi melangkah keluar lagi, “tidak ummi, tidak
usah,, iffah hanya mimpi buruk.. maaf membuat ummi khawatir..” Ummi memang
sangat khawatir wajahnyapun terlihat panik. “benar tidak apa-apa?” tanya ummi
lagi memastikan. “iya mi..” iffahpun tersenyum. “emangnya iffah mimpi apa
tadi?” sambil menyodori segelas air putih. “hanya mimpi ada yang mengejar-ngejar
mi..” jawabnya. “haha,, seperti film india doong?” ummi mencoba menghibur.
“haha,, ah ummi bisa aja.. ummi sih kebanyakan nonton film India..”.
Beberapa hari
berlalu, dan kondisi Iffah sudah mulai membaik, hatinya tiba-tiba ingin
menghubungi Nanda. Setelah basa-basi, ia pun mengatakan “Nanda, Iffah ingin
seperti Nanda..”. “iya Iffah..mulailah dengan menggunakan rok terlebih dahulu,
“ jawab Nanda, Iffahpun dengan yakin akan mengikuti saran Nanda. “Tuhan, aku
ingin seutuhnya mencintaiMu dalam ke taatan, bimbinglah aku dengan takdirku..
Tuhan, aku butuh kakak yang bisa membimbingku untuk mengenalmu” doanya lagi
Beberapa pekan
kemudian
“perjalananku
dikampus hijauku akan segera dimulai, aku akan berangkat dengan segenap harapan
dan doa ummi, papa serta adik-adik dirumah” semagatnya membara dalam hati
Sesampainya di
asrama A2
“asrama
baru..untung udah terbiasa.. asrama begini udah enak banget..Pembina asramanya
mahasiswa lagi, Senior Residen (SR). Pembina asrama Iffah namanya mbak Soraya,
sepertinya orangnya galak.. tapi karismatik. haha”
Sebulan berada
diasrama, mbak Soraya nawarin Iffah sesuatu, “Iffah, kamu mau ikut mentoring
ga..?’
“waaaahhhh..mau
banget mbak” seolah matanya berbinar seperti dikartun-kartun
Emang Iffah sudah
lama tertarik ingin ikut mentoring tapi belum ada respon hingga berbulan–bulan,
padahal sudahmendaftarkan diri disana-sini. kalau ditawarin begini, ga tau deh
pengennya karena pengen mentoring banget, atau karena karisma mbak Soraya yang
memikat hati Iffah. Ia belum pernah mengenal istilah mentoring sebelum di IPB,
walaupun masih asing ia membayangkan hal yang unik didalamnya.
“yaudah, kamu tanya
temen-temen lorong yang lain ada yang mau mentoring lagi ga?” kata mbak Soraya
“oke siap mbak”
kata Iffah
Door to door Iffah
menawarkan teman lorongnya untuk mentoring. Ia harus menjelaskan
sepengetahuannya, apa itu mentoring, alhamduliah enam orang mau diajak
mentoring.
Pertemuan pertama..
kedua.. ketiga.. keempat..dan setrusnya.. Semakin membuat Iffah merasa
menikmati indahnya hidup dengan Tarbiyyah.
Ia yang dulu ku sebut dalam doaku, Ia Murobbiku..
Tuhan, hati ini terasa syahdu
Syahdu bila ku sebut namaMu
dengan lirih dalam tangis senduku,
Tuhan, semakin ku mencoba
mencariMu,
Semakin kutemukan ketidak berdayaanku,
Tuhan, Ku ingin
memakrifatkanMu,
Izinkan ku mengenalMu ya Rabb,
inikah fitrah dan keniscayaan
penghambaan,?
Andaikan itu benar adanya,
Aku ingin Engkau terus
membimbingku,
Menunjuki jalan untuk langkah
kaki yang terseok-seok ini.
Tuhan, dia yang dulu ku sebut
dalam doaku,
Ku pinta padaMu untuk
menghadirkannya padaku,
Malaikat yang senantiasa ikhlas
membantuku untuk menghadirkanMu slalu dihatiku
Dalam kealpaan dan
kehampaanku,
Kau ijabah doa dalam takdirku,
Kau hadirkan ia untukku,
Ia yang dulu kusebut dalam
doaku, ia murobbiku,
Tuhan, Kau memang
mentarbiyahku dengan Cara terindahMu,
“Aku Tahu ini caranya Allah, cara Allah
mengenalkan diriNya padaku, mengenalkan diriNya dengan Tarbiyah,,”
“Aku tahu sedikitpun bukan kuasaku, kuasaku untuk menggapai takdirku, takdirku bertemu dengan murrobiku,”
“Aku tahu sedikitpun bukan kuasaku, kuasaku untuk menggapai takdirku, takdirku bertemu dengan murrobiku,”
“Aku tahu ini
rencana Allah, Rencana Allah yang paling Indah, paling Indah untuk terus ku
kenang, kukenang hingga mencapai Syurga-Nya..”
“Aku tahu dan aku
sadari bahwa Allah selalu mengijabah doa-doaku,mengijabah doaku yang dulu ku
sebut ia dalam doaku, ia Murobbiku”
*****
0 komentar:
Posting Komentar
menerima kritik, saran, dan pertanyaan